Rabu, 03 Desember 2008

Sejarah Anime

Anime adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan film Animasi/kartun Jepang. Kata tersebut berasal dari kata animation yang dalam pelafalan bahasa Jepang menjadi animeshon. Kata tersebut kemudian disingkat menjadi anime. Meskipun pada dasarnya anime tidak dimaksudkan khusus untuk animasi Jepang, tetapi kebanyakan orang menggunakan kata tersebut untuk membedakan antara film animasi buatan Jepang dan non-Jepang.

Sejarah karya animasi di Jepang diawali dengan dilakukannya First Experiments in Animation oleh Shimokawa Bokoten, Koichi Junichi, dan Kitayama Seitaro pada tahun 1913. Kemudian diikuti film pendek (hanya berdurasi sekitar 5 menit) karya Oten Shimokawa yang berjudul Imokawa Mukuzo Genkanban no Maki tahun 1917. Pada saat itu Oten membutuhkan waktu 6 bulan hanya untuk mengerjakan animasi sepanjang 5 menit tersebut dan masih berupa "film bisu". Karya Oten itu kemudian disusul dengan anime berjudul Saru Kani Kassen dan Momotaro hasil karya Seitaro Kitayama pada tahun 1918, yang dibuat untuk pihak movie company Nihon Katsudo Shashin (Nikatsu). Pada tahun 1918 Seitaro kembali membuat anime dengan judul Taro no Banpei. Tetapi semua catatan tentang anime tersebut dikatakan hilang akibat gempa bumi di Tokyo pada tahun 1923.

Selain Oten dan Seitaro, ada juga beberapa animator lain seperti, Junichi Kouichi (Hanahekonai Meitou no Maki, 1917), Sanae Yamamoto (Obasuteyama, 1924), Noburo Ofuji (Saiyuki, 1926 dan Urashima Taro, 1928), Yasushi Murata (Dobutsu Olympic Taikai, 1928). Pada saat itu, muncul pula anime pertama yang mempunyai sekuel yaitu Sarugashima (1930) dan kelanjutannya yaitu Kaizoku-bune (1931).

Pada tahun 1927, Amerika Serikat telah berhasil membuat animasi dengan menggunakan suara (pada saat itu hanya menggunakan background music). Jepang kemudian mengikuti langkah itu dan anime pertama dengan menggunakan suara musik adalah Kujira (1927) karya Noburo Ofuji. Sedangkan anime pertama yang "berbicara" adalah karya Ofuji yang berjudul Kuro Nyago(1930) dan berdurasi 90 detik. Salah satu anime yang tercatat sebelum meletus Perang Dunia II dan merupakan anime pertama dengan menggunakan optic track (seperti yang digunakan pada masa sekarang) adalah Chikara To Onna No Yononaka (1932) karya Kenzo Masaoka. Dalam tahun 1943 Masaoka bersama dengan seorang muridnya, Senoo Kosei, mereka membuat kurang lebih lima episode anime berjudul Momotaro no Umiwashi (Momotaro, the Sea Eagle). Anime yang ditayangkan ini merupakan anime Jepang pertama dengan durasi lebih dari 30 menit (short animated feature film). Mendekati akhir dari Perang Pasifik, yaitu pada bulan April 1945, Senoo telah membuat dan menampilkan kurang lebih sembilan episode anime yang merupakan karya besarnya, Momotaro: Umi no Shinpei (Momotaro: Devine Soldier of the Sea). Anime ini merupakan anime Jepang pertama yang berdurasi panjang, yaitu sekitar 72 menit (animated feature film). Keduanya adalah anime propaganda yang mengadaptasi dari cerita legenda terkenal Jepang, Momotaro, dan merupakan salah satu dari anime terpopuler pada masa tersebut.

Noburo Ofuji juga pernah mencoba membuat anime yang berwarna. Pada saat itu ia membuat anime Ogon no Hana (1930) dengan hanya 2 warna, tetapi tidak pernah dirilis. Anime pertama yang dirilis dengan warna baru muncul lama setelah itu yaitu Boku no Yakyu (1948) karya Megumi Asano.

Setelah Perang Dunia II, industri anime dan manga bangkit kembali berkat Osamu Tezuka. Orang yang dijuluki "God of Manga" ini pada saat itu baru berusia sekitar 20 tahun dan karyanya adalah Shintakarajima yang muncul pada tahun 1947. Hanya dalam beberapa tahun saja, Tezuka kemudian menjadi sangat terkenal. Ketika habis masa kontraknya dengan Toei pada tahun 1962, Tezuka kemudian mendirikan Osamu Tezuka Production Animation Departement, yang kemudian disebut dengan Mushi Productions dengan produksi pertamanya film pendek berjudul Aru Machi Kado no Monogatari (1962). Produk Mushi Production yang terkenal adalah Tetsuwan Atom. Namun Tetsuwan Atom bukanlah animasi televisi buatan lokal pertama yang ditayangkan. Tahun 1960 adalah pertama kalinya ditayangkan anime TV di Jepang, yaitu Mittsu no Hanashi (Tree Tales) – The Third Blood yang merupakan anime TV Special.

Dilanjutkan dengan penayangan serial anime TV produksi Otogi-Pro berjudul Instant Story pada tanggal 1 Mei 1961 di stasiun televisi Fuji (Fuji Terebi). Walaupun hanya berdurasi 3 menit serial ini cukup mendapat popularitas serta bertahan hingga tahun 1962. Penayangan anime tersebut merupakan merupakan tanda bagi kelahiran anime TV Series produksi Jepang yang pertama. Meski demikian, Tetsuwan Atom adalah anime pertama yang ditayangkan secara reguler. Acara ini sangat terkenal bahkan sampai ke beberapa negara di luar Jepang (di Amerika Tetsuwan Atom dikenal sebagai Astro Boy).


Sumber: animindo.net

Senin, 01 Desember 2008

Global Business Strategies














1. Strategi Multinasional


Strategi multinasional mungkin merupakan strategi yang paling tua karena diikuti oleh perusahaan - perusahaan yang berbasis di Eropa sebelum Perang Dunia II. Perusahaan-perusahaan ini memberikan banyak kebebasan kepada anak peusahaannya untuk mengembangkan produk dan praktek mereka sendiri. Pada gambar diperlihatkan bahwa arus informasi terutama berasal dari anak perusahaan ke induk perusahaan dalam bentuk laporan keuangan.

Banyak MNC (Multinasional Corporation) yang masih mengikuti strategi ini. Dengan pengaturan seperti ini, sistem informasi memudahkan desentralisasi pengambilan keputusan dan terdiri dari proses dan database yang berdiri sendiri.















2. Strategi Global


Sementara strategi multinasional bersifat desentralisasi, strategi global mengumpulkan pengendalian diperusahaan induk. Perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan diseluruh dunia dengan produk-produk standar. Produk untuk seluruh pasar dunia diproduksi secara sentral dan dikirimkan kepada anak-anak perusahaan. Seperti yang diperlihatkan pada gambar, arus produksi dan informasi antara induk dan anak perusahaan mengalir satu arah, yaitu menuju anak perusahaan.

Saat MNC menerapkan strategi global, sebagian kapasitas sistem informasinya berlokasi di perusahaan induk dan terdapat sentralisasi proses dan database.
















3. Strategi Internasional


Strategi internasional merupakan perpaduan sentralisasi dari strategi global dan desentralisai pengendalian dari strategi multinasional. Strategi internasional memerlukan suatu tim manajemen di perusahaan induk yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menembus pasar global. Keahlian ini disediakan bagi anak perusahaan. Anak perusahaan menggunakan keahliaan ini untuk mengadaptasi produk, proses, dan strategi perusahaan bagi pasar mereka sendiri.

Gambar menunjukkan arus informasi dua arah antara perusahaan induk dan anak perusahaan. Keahlian mengalir ke anak perusahaan dan informasi keuangan mengalir ke perusahaan induk. (strategi ini menggunakan sistem interorganisasi yang menghubungkan prosesdan database perusahaan induk dengan anak perusahaan)

















4. Strategi Transnasional


Strategi ini populer pada tahun 1980-an saat perusahaan-perusahaan menyadari bahwa mereka perlu lebih responsif pada tingkat anak perusahaan. Perusahaan induk dan semua anak perusahaan bekerja sama memformulasikan strategi dan kebijakan operasi, dan mengkoordinasi logistik agar mencapai pasar yang tepat. Perusahaan berusaha mencapai efisiensi dan integrasi global, sambil menyediakan fleksibilitas ditingkat lokal.

Gambar memperlihatkan rumitnya sistem pengendalian yang diperlukan, demikian pula arus sumber daya dari suatu titik ke titik yang lain saat perusahaan berfungsi sebagai suatu sistem yang terkoordinasi. Diagram tersebut juga menyebutkan menunjukkan kapasitas pemrosesan informasi yang tersedia pada tingkat anak perusahaan.

Saat perusahaan menerapkan strategi transnasional, perusahaan mencapai integrasi dalam sistem informasinya dengan menggunakan standar yang diterapkan pada skala internasional, serta arsitektur yang sama. Tim pengembangan menyertakan wakil dari berbagai anak perusahaan untuk memastikan bahwa sistem tersebut memenuhi kebutuhan lokal. Tim tersebut sering bepergian dari suatu tempat ketempat lain untuk menerapkan sistem. Sistem transnasional menerapkan tanggung jawab yang besar pada pengelola database untuk memastikan keseragaman rancangan database diseluruh dunia.